If I
could back turn the time, I will… hmmmm
pasti pernah dipikiran kita terlintas kalimat ini. Andai aku dapat mengulang
waktu, aku akan menjadi… atau aku akan membuat… dan lainnya. aku rasa wajar
berdasar sifat dasar manusia yang tak pernah puas, yang sulit untuk bersyukur merasakan
hal – hal tersebut, tak terkecuali aku. sejujurnya aku sering memikirkan
kalimat itu, berandai – andai sejenak, seperti andai aku bisa mengulang waktu,
aku ingin belajar lebih giat saat masih di bangku sekolah. andai aku bisa
mengulang waktu, aku ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman – teman
yang berharga. andai aku bisa mengulang waktu, aku tak ingin ditakdirkan bertemu dengan orang – orang yang menyakitiku.
namun, kini aku sadar, perihal perandai – andaian tersebut akankah hal – hal
yang jauh lebih baik yang akan aku dapatkan jika aku bisa mengulang waktu dan
memperbaiki semua? atau bahkan hasilnya akan sebaliknya? jawabannya belum
tentu! setelah aku belajar akan banyak hal, menerima apa itu kekalahan,
menjalani bagaimana itu rasa sakit, aku belajar apa yang dinamakan bersyukur.
bersyukur akan hal yang sudah ditakdirkan Allah padaku sampai detik ini.
sebenarnya, kita semua memiliki cobaan yang tidak bisa kita selesaikan
dengan seluruh tenaga sekalipun. karena itu, terimalah takdirmu, bertahanlah,
jadikan ia teman – Rando Kim. pada kenyataanya kita semua bisa menghadapi
setiap masalah yang hadir, takdir – takdir buruk yang telah ditentukan pada
kita dengan baik. bukankah tak selamanya kita merasa sedih? bukankah tak
selamanya kita merasa tersisih dan kurang? ada waktu dimana kita bisa merasa
bahagia, merasa menjadi orang paling beruntung, saat itu pula tanpa sadar kita
telah berhasil menghadapi salah satu takdir kita.
aku bukanlah orang yang kuat, bukan orang yang selalu bisa melewati
setiap masalahku dengan mudah. namun, ada satu hal yang aku tekankan dalam
hidupku “Aku pernah jatuh dan terpuruk, pernah merasa menjadi orang yang paling
tak beruntung. namun hingga detik ini aku masih bisa merasakan kebahagiaan karena
Allah masih begitu sayang padaku, maka aku tak boleh mengecewakan Dia yang
telah memberiku kebahagiaan”. aku berusaha untuk tak pernah mengecewakan Dia
yang telah memberikan apa – apa yang membuatku bahagia maupun sedih. aku
belajar banyak dari takdir – takdir sedihku, memahami bahwa tak selamanya
manusia selalu berada di ruang kebahagiaan. belajar bahwa sesuatu yang buruk
menjadikan kita lebih kuat dari yang kita fikirkan. hidup terdiri dari part – part sedih dan senang, tak bisa
dipisah. bukankah kita tak akan pernah tahu bagaimana rasanya kebahagiaan tanpa
merasakan kesedihan terlebih dahulu? bagaimana kita bisa merasakan lebih
bahagia, kurang bahagia, cukup bahagia kalau kita tak mempunyai parameter? yaa,
kesedihan adalah parameter kebahagiaan. seberapa sedih yang kita alami, pasti
akan datang rasa bahagia melebihi apa yang kita duga.