Hmmm membaca judulnya saja sudah cukup menarik yaa,
bagaimana kita mengatasi dan berdamai dengan kesehatan mental kita terutama
rasa depresi yang ada dalam diri kita. Saya yang menulis ini bukanlah orang
yang sempurna, beberapa bulan ini saya didiagnosa psikiater mengalami depresi
dengan indikasi bipolar, yang dimana perasaan atau fase depresi jauh lebih
dominan daripada fase hipomanik, dan hal itu begitu menyiksa bagi saya. Seperti
yang saya tuliskan di postingan sebelumnya, bahwa depresi adalah perasaan sedih dan putus asa. Seseorang merasa
sesekali sedih adalah normal. namun, seseorang yang dinyatakan depresi
mengalami kesedihan dan putus asa yang berkepanjangan hingga menganggu kehidupannya.
Saya yakin, satu kali dalam hidup kita pernah merasakan terluka,
kehilangan, kehampaan, kekosongan dan ketidakberuntungan. lantas apa dengan
merasakan hal – hal tersebut seseorang pasti akan mengalami depresi ? menurut saya, jawabannya tidak.
mengapa tidak ? saya baru sadar bahwa depresi timbul karena
kurangnya pertahanan diri atau bahkan sudah roboh pertahanan diri yang kita
miliki. Seseorang yang kurang atau bahkan sudah tidak memiliki pertahanan diri
biasanya karena telah menanggung luka yang lama atau bahkan sudah terluka
berkali – kali. Seperti halnya kita memiliki sistem imun pada tubuh kita,
mental kita pun juga mempunyai system pertahanan sendiri. Lalu bagaimana kita
menjaga sistem pertahanan untuk mental kita?
Kali ini saya akan bercerita pengalaman nyata saya dimana saya
mengalami depresi. percaya atau tidak, sekalipun support system yang saya miliki begitu banyak, ketika saya
mengalami depresi, kehadiran mereka ditolak oleh pikiran saya. Seseorang yang
mengalami depresi dikuasai oleh pikiran mereka sendiri. Seperti yang pernah
dikatakan psikolog saya, Ibu Kartika “Seseorang yang mengalami depresi,
cenderung menolak dukungan, sekalipun memiliki support system yang banyak”
inilah yang menjadi PR untuk saya, menerima dukungan yang ditolak
oleh pikiran saya sendiri adalah hal yang masih saya coba hingga detik ini.
lalu bagaimana cara saya mengatasi depresi yang saya miliki ?
Pertama, yang saya lakukan adalah meminta pertolongan profesional seperti Psikolog / Psikiater
ngapain sih susah – susah amat harus datang ke psikolog /
psikiater? Curhat ke temen aja deh, atau curhat ke temen yang kuliah psikologi ,
atau banyak beribadah aja kali yaaa, mungkin kurang ibadah. Stop ! berhenti
mencari alasan, berhenti menyakiti mental kalian sendiri. Kenapa saya bilang
menyakiti mental sendiri? iyaa, karena kita cenderung mengikuti pikiran kita
yang salah. Ingat, seseorang yang mengalami depresi dikendalikan oleh
pikirannya sendiri. Jika kalian masih saja mencari alasan untuk tidak pergi ke
profesional padahal sudah merasa sangat tersiksa hingga timbul perasaan bunuh
diri, itu tandanya kalian dikendalikan oleh pikiran kalian sendiri.
Lalu setelah datang ke profesional, apa yang didapatkan ? dari
pengalaman saya ketika saya konsultasi ke psikolog bernama Ibu Kartika, beliau
mempersilahkan saya membuka topik, lalu saya menceritakan apa yang saya rasakan
dan masalah apa yang sedang terjadi. setelah dirasa cukup bagi bu Kartika
mendengarkan cerita saya, Bu Kartika akan menanyakan beberapa pertanyaan, bukan
sekedar pertanyaan yaa, karena dari pertanyaan tersebut, jawaban saya akan
dianalisa oleh beliau. Sehingga, jawablah sejujur – jujurnya sekalipun itu memalukan
dan rahasia bagi kalian. Bahkan saya menangis setiap menjawab pertanyaan
hehehe.
setelah menganalisa jawaban saya, Bu Kartika memberikan arahan apa
yang harus saya lakukan, membantu saya mencari akar masalah, membantu saya
menyadari bahwa pikiran saya salah, inilah yang disebut terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy) yaitu
mengubah pola pikir (kognitif) serta perilaku jadi lebih baik. Setelah itu saya
diajarkan relaksasi yang disebut Screening
Body, caranya yaitu menyadari apa yang sedang dirasakan oleh tubuh disini –
kini. tujuannya belajar focus atas apa yang terjadi saat ini- disini, supaya kita
terhindar dari overthinking dan melepaskan
masa lalu.
Kedua, setelah saya datang ke Profesional, saya mematuhi setiap anjuran Psikolog yang telah disampaikan dan
mengerjakan PR dari Psikolog. Lho kok ada PR nya? iyaa, saya diberi PR membuat
Jurnal Syukur, Sebelum tidur saya harus melakukan relaksasi Screening Body kemudian bangun pagi
lakukan Screening Body lagi dan mulai
menulis Jurnal Syukur untuk hari ini, dimana yang pertama saya harus menulis
kegiatan apa saja yang saya akan kerjakan hari ini, kemudian di malam hari
sebelum tidur saya harus menuliskan usaha dan keberhasilan apa saja yang sudah
saya lakukan dalam mencapai target kegiatan yang sudah saya tulis di jurnal
sebelumnya. terakhir, saya harus menuliskan cerita tentang hari ini tanpa satu
kata negatif, harus yang happy.
Ketiga, mengulang – ulang
terapi yang sudah diberikan.
Saya melakukan Screening
Body rutin sehari mungkin sampai 2 – 3 kali agar bisa fokus akan kehadirian
diri sendiri disini – kini. Lalu membuat jurnal syukur setiap hari dengan
rincian menulis apa yang akan dikerjakan hari ini, usaha apa yang telah
dilakukan, apakah terlaksanakan dan menceritakan tentang hari ini tanpa ada
kata dan kalimat negatif.
Keempat, Perbanyak pengetahuan dengan membaca buku self improvement,
psikologi serta berolahraga. Saya hobi membaca buku, demi mengatasi depresi
saya, saya lebih suka memilih buku self
improvement, saya jadi paham apa yang terjadi dan seharusnya saya lakukan
untuk diri saya sendiri. Saya rekomendasikan buku yang saya baca adalah milik
Dedy Susanto dengan judul Pemulihan Jiwa. dari buku itu saya belajar bagaimana
bersyukur dan mencintai diri sendiri. Selain membaca buku, saya juga rutin
berolahraga minimal 1 kali dalam seminggu. Tidak perlu berolahraga yang berat,
biasanya saya hanya melakukan jalan cepat sesekali jogging minimal sejauh 2 km
kemudian dilanjut dengan relaksasi, sehingga pilihlah lokasi untuk berolahraga
yang tenang dan sejuk.
Kelima, mengikuti seminar
dan konseling seputar kesehatan mental. Saya rajin mencari informasi dari
komunitas – komunitas psikologi, disitu saya mendapat banyak informasi mengenai
kegiatan mereka yaitu seminar maupun konseling gratis. Di Semarang sendiri,
saya pernah mengikuti seminar dan konseling gratis oleh komunitas goodfriends
semarang. Saya cukup terbantu dengan konseling gratisnya.
Keenam, sebagai opsi saja, kalau
saya sih datang ke psikiater karena memang dari awal sudah ke psikiater, di
daerah Semarang, saya rekomendasikan psikiater dr. Elly N, SpKJ di Poli
Kesehatan Jiwa RSI Sultan Agung. Beliau pendengar yang baik dan sabar
menghadapi saya yang bebal walaupun sudah diresepkan dan berganti - ganti banyak
obat hehe. Beliau sangat berhati – hati saat meresepkan obat, jadi tidak akan
muncul rasa ketergantungan asal sesuai dosis yang beliau anjurkan. Untuk
Psikolog, saya menjalani konseling dengan Ibu Kartika Sari Dewi, S.psi. M.psi, di
RS Hermina Banyumanik.
Ketujuh, Perbanyak Ibadah
yaa ibadah sangat penting, seperti yang dikatakan Ibu Kartika,
solat merupakan salah satu terapi agar kita bisa belajar fokus disini – kini.
Perbanyak solat dan dzikir.
Itulah cara saya mengatasi depresi yang saya alami, bagaimana saya
berjuang dan bagaimana saya mencoba bangkit dari rasa putus asa. Bagi kalian
yang ragu untuk datang ke psikolog /psikiter, saya hanya bisa berpesan,
kesehatan mental itu sama hal nya dengan kesehatan yang lain. jika kalian sudah
merasa tidak mampu menahannya, datanglah ke professional, sama halnya dengan
sakit di tubuh kita, sakit di jiwa kita pun perlu pengobatan yang tepat.